Macam Ruduplikasi
reduplikasi sintaktis
— pengulangan morfem
yang menghasilkan klausa,
contoh "malam-malam pekerjaan itu dikerjakannya", artinya "walau
sudah malam hari, pekerjaan itu tetap dikerjakannya".
reduplikasi gramatikal
— pengulangan fungsional dari bentuk dasar yang meliputi reduplikasi morfologis
dan sintaksis.
1. Reduplikasi
Fonologis
Reduplikasi
fonologis terjadi pada dasar yang bukan bukan akar atau terhadap bentuk yang
statusnya lebih tinggi dari akar. Reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan
makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal. Yang termasuk
reduplikasi fonologis adalah bentuk-bentuk seperti berikut ini :
Ø dada, pipi,
kuku, cincin.
Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari da, pi, ku, dan cin. Jadi,
bentuk-bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
Ø foya-foya,
tubi-tubi, anai-anai, ani-ani. Bentuk-bentuk ini memang jelas termasuk bentuk pengulangan yang diulang
secara utuh. Akan tetapi, bentuk dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang
mandiri. Saat ini, dalam bahasa Indonesia tidak ada akar foya, tubi, anai, dan
ani.
Ø kupu-kupu,
kura-kura, onde-onde, paru-paru. Bentuk-bentuk ini juga merupakan pengulangan yang diulang secara utuh. Akan
tetapi, hasil reduplikasinya tidak melahirkan makna gramatikal. Hasil
reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal.
Ø luntang-lantung,
mondar-mandir, teka-teki, kocar-kacir. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang
menjadi bentuk dasar pengulangannya. Selain itu, maknanya pun hanya makna
leksikal, bukan makna gramatikal.
2. Reduplikasi
Sintaksis
Reduplikasi
sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa
akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada
sebuah kata. Contohnya adalah :
Jangan jangan kau dekati pemuda itu.
Suaminya benar
benar jantan.
Kata beliau, “tenang
tenang, jangan panik”.
3. Reduplikasi
Semantis
Reduplikasi
semantis adalah pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang
bersinonim. Misalnya, cerdik cendekia, alim ulama, dan ilmu
pengetahuan. Selain itu, bentuk-bentuk seperti segar bugar, kering
mersik, muda belia, tua renta, dan gelap gulita menurut Abdul Chaer
juga termasuk dalam reduplikasi semantis. Akan tetapi, bentuk-bentuk seperti
ini dalam berbagai buku tata bahasa dimasukkan dalam kelompok reduplikasi
berubah bunyi.
4. Reduplikasi
Morfologis
Reduplikasi
morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk
berafiks, dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh,
pengulangan sebagian, maupun pengulangan berubah bunyi.
a.
Pengulangan Akar
Ø Dwilingga
(pengulangan utuh)
Pengulangan utuh
(dwilingga) adalah pengulangan bentuk dasar tanpa melakukan perubahan bentuk
fisik dari akar itu. Misalnya, meja-meja (bentuk dasar meja),
sungguh-sungguh (bentuk dasar sungguh), makan-makan (bentuk dasar makan),
dan tinggi-tinggi (bentuk dasar tinggi).
Ø Dwipurwa
(pengulangan sebagian)
Pengulangan
sebagian (dwipurwa) adalah pengulangan bentuk dasar yang hanya salah satu suku
katanya saja yang diulang, dalam hal ini suku awal kata, disertai dengan
“pelemahan” bunyi. Misalnya tetangga (bentuk dasar tangga), leluhur
(bentuk dasar luhur), lelaki (bentuk dasar laki), dan jejari
(bentuk dasar jari).
Ø Dwilingga
salin suara (pengulangan dengan perubahan bunyi)
Pengulangan
dengan perubahan bunyi (dwilingga salin suara) adalah pengulangan bentuk dasar
tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi vokalnya bisa
pula bunyi konsonannya. Contohnya adalah bolak-balik, corat-coret,
kelap-kelip, sayur-mayur, lauk-pauk, ramah-tamah.
Ø Dwiwasana
Dwiwasana adalah
pengulangan bagian belakang dari leksem. Contohnya adalah tertawa-tawa,
pertama-tama, sekali-sekali, berhari-hari.
Ø Trilingga
Trilingga adalah
pengulangan kata dasar sebanyak tiga kali dengan variasi fonem. Contohnya
adalah cas-cis-cus, ngak-ngek-ngok, dag-dig-dug, dar-der-dor.
b.
Pengulangan Dasar Berafiks
Ada tiga macam
proses afiksasi dalam reduplikasi.
Ø Pertama, sebuah
akar diberi afiks dahulu, kemudian direduplikasi. Misalnya, pada akar lihat
mula-mula diberi prefiks me- menjadi melihat, kemudian baru diulang
menjadi bentuk melihat-melihat.
Ø Kedua, sebuah
akar direduplikasi dahulu, baru kemudian diberi afiks. Misalnya, akar jalan
mula-mula diulang menjadi jalan-jalan, baru kemudian diberi prefiks ber-
menjadi berjalan-jalan.
Ø Ketiga, sebuah
akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan. Misalnya, pada akar minggu diberi
prefiks ber- dan proses pengulangan sekaligus menjadi bentuk berminggu-minggu.
Pada contoh di
atas, proses reduplikasi yang terjadi berlangsung ke arah sebelah kanan, atau
sesuai dengan arus ujaran, sehingga disebut reduplikasi progresif. Akan tetapi,
ada pula reduplikasi regresif, yaitu reduplikasi yang proses pengulangannya
terjadi ke arah sebelah kiri. Contohnya adalah tembak-menembak,
pukul-memukul.
c.
Reduplikasi Morfemis
Harimurti
Kridalaksana menjabarkan menjadi
Ø Reduplikasi
pembentuk verba
Contohnya adalah
:
1. Sebaiknya beres-beres
dari sekarang.
2. Habis sudah
majalah ini digunting-gunting oleh adikmu.
3. Kedua anak itu
sedang berpukul-pukulan memperebutkan sebuah coklat.
Ø Reduplikasi
pembentuk ajektiva
Contohnya adalah
:
1. Anak Pak Hasan
cantik-cantik.
2. Ia anak baik-baik.
3. Keris ini
pusaka turun-temurun keluarga kami.
Ø Reduplikasi
pembentuk nomina
Contohnya adalah
:
1. Penduduk desa
itu bertanam sayur-mayur.
2. Tetangga kami
akan mengadakan pesta selamatan.
3. Langit-langit
rumah kami sedang diperbaiki.
Ø Reduplikasi
pembentuk pronomina
1. Dia-dia saja
yang menjadi ketua kelompok.
2. Kami-kami ini
biasanya makan di warung tegal.
3. Mereka
menyebut kita-kita ini orang bodoh.
Ø Reduplikasi
pembentuk adverbia
1. Kerjakan tiga-tiga
supaya cepat selesai.
2. Dia meniti
jembatan itu dengan perlahan-lahan.
3. Ia berangkat
ke kantor pagi-pagi sekali.
Ø Reduplikasi
pembentuk interogativa
1. Apa-apaan kamu
datang ke rumah saya malam-malam begini.
Ø Reduplikasi
pembentuk numeralia
1. Berpuluh-puluh
mahasiswa berkumpul di depan kantor rektor untuk mengadakan aksi unjuk
rasa.
No comments:
Post a Comment