NOVEL AYAT-AYAT CINTA
KARYA
HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN NOVEL KASIDAH-KASIDAH CINTA KARYA MUHAMMAD
MUHYIDIN
(Kajian
Intertekstual dan Nilai Pendidikan )
AISYAH
MADHAN SADAD
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
IKIP PGRI Pontianak
Jl. Ampera No.88 Pontianak
aisyahmadhan96@gmail.com
Abstract :
The purpose
of this research is to know the relation of intertextuality and education value
study in the novel Ayat- ayat Cinta by Habiburrahman El Shirazy and Kasidah -
kasidah Cinta by Muhammad Muhyidin. This research is descriptive- qualitative
research with content analysis method. The data sources are the documents; Ayat - ayat Cinta and
Kasidah-Kvalidity uses triangulation data. The data analysis technique uses the
flow analysis model, they are : 1) data reduction, 2) data presentation, and 3)
conclusion. The result of this research can be concluded that: (1) there is an
inter intrinsic element relationship in Ayat- ayat Cinta and Kasidah - kasidah
Cinta they are the similarities of
theme, plot, and message and the differences of characterization, point of
view, setting of place and time. (2)
Kasidah - Kasidah Cinta is the transformational text of Ayat - ayat Cinta. (3) the both of the novels
have a positiveness and negativeness. (4)
The education value reflected in the novels are; religious, moral ,
cultural social , and esthetics.
Keywords
: intertextuality, education value, Ayat - Ayat
Cinta, Kasidah- Kasidah Cinta.
Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan intertekstual
dan nilai pendidikan dalam novel Ayat -
ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy dan Kasidah
- kasidah cinta karya Muhammad Muhyidin. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan metode analisis
isi. Sumber data menggunakan dokumen,
yaitu kedua novel dan wawancara. Uji validitas men ggunakan triangulasi data. Teknik analisis menggunakan model
analisis mengalir, yaitu 1) reduksi data; 2)
penyajian data; dan 3) simpulan. Hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1)
ada keterjalinan antarunsur intrinsik
novel Ayat - ayat Cinta dan Kasidah - kasidah Cinta , yaitu
persamaan yang meliputi tema, alur, dan amanat serta perbedaan, yaitu penokohan, sudut pandang, latar tempat,
sosial, dan waktu. (2) novel Kasidah - kasidah Cinta merupakan teks
transformasi dari Ayat – ayat Cinta (3) kedua
novel memiliki kele bihan dan
kekurangan. (4) nilai pendidikan dalam novel
Ayat - ayat Cinta dan
Kasidah - kasidah Cinta meliputi
religi, moral, sosial budaya, dan estetik.
Kata kunci :
intertekstual, nilai pendidikan, Ayat -
Ayat Cinta, Kasidah - Kasidah Cinta.
A. PENDAHULUAN
Novel merupakan usaha untuk meniru dunia kemungkinan
atau peniruan dunia kemungkinan.
Artinya, apa yang diuraikan di dalamnya bukanlah dunia sesungguhnya, tetapi
kemungkinan- kemungkinan yang secara imajinatif dapat diperkirakan bisa
diwujudkannya. Dunia pe ngalaman pengarang merupakan inspirasi dalam proses
kreatif penciptaan novel. Berkaitan dengan
novel, Nurgiyantoro (2005 : 4)
berpendapat bahwa novel merupakan sebuah karya fiksi yang menawarkan
sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, di dalamnya terdapat dunia imajiner yang dibangun
melalui berbagai unsurnya. Semua unsur tersebut sengaja dikreasikan oleh pengarang
dengan dibuat mirip, diimitasikan dengan
dunia nyata lengkap dengan peristiwa-
peristiwa dan latarnya.
Menurut Teeuw (dalam Pradopo, 2003: 167) karya sastra
tidak lahir dalam situasi kosong
kebudayaannya, termasuk di dalamnya situasi sastranya. Dalam hal ini, karya sastra diciptakan berdasarkan konvensi
sastra yang ada, yaitu meneruskan konvensi sastra yang ada, di samping juga
sebagai sifat hakiki sastra, yaitu sifat kreatif sastra, karya sastra yang
timbul kemudian itu dicipta menyimpangi ciri-ciri dan konsep estetik sastrayang
ada. Selalu ada ketegangan antara konvensi dan pembaharuan. Sebuah karya
sastra, baik puisi maupun prosa, mempunyai hubungan sejarah antara karya
sezaman, yang mendahuluinya atau yang kemudian. Hubungan sejarah ini baik
berupa persamaan maupun pertentangan.
Dengan demikian, sebaiknya membicarakan karya sastra itu dalam hubungannya dengan karya sezaman, sebelum,
atau sesudahnya.
Novel Ayat-Ayat
Cinta merupakan novel karya Habiburrahman El Shirazy yang terbit pada tahun 2004 dan bisa
dikatakan sangat popular. Hingga bulan
Maret tahun 2008, novel ini telah
mencapai cetakan ketiga puluh satu dan
termasuk dalam best seller . Novel Ayat Ayat Cinta ini bertemakan cinta
dan perjuangan dalam melawan ketidakadilan. Novel ini bukan hanya novel sastra
dan novel cinta, melainkan juga novel budaya, religi, fikih, etika, dan novel
dakwah. Ada banyak nilai pendidikan yang terkandung dalam novel tersebut.
Setelah kemunculan novel Ayat-Ayat Cinta yang fenomenal ini, kontan saja dunia sastra banyak
diramaikan dengan kemunculan novel-novel sejenis, yakni novel-novel religi yang
bertemakan cinta. Salah satu pengarang yang juga terinspirasi dari novel. Ayat-Ayat Cinta
adalah Muhammad Muhyidin. Salah satu karya Muhyidin yang menarik adalah
novel yang berjudul Kasidah-Kasidah
Cinta.
Novel Kasidah-Kasidah
Cinta terbit pertama kali pada tahun 2007 dan dalam waktu enam bulan, novel
ini sudah mencapai cetakan ketiga belas. Novel Kasidah-Kasidah Cinta juga
memliki gelar national best selleroleh DIVA Press. Novel ini mempunyai tema
yang sama dengan novel Ayat-Ayat Cinta,
yakni masalah cinta dan perjuangan dalam
melawan ketidakadilan. Kemiripan antara kedua novel tidak hanya ditemui pada
novel Ayat-Ayat Cinta dan Kasidah-Kasidah Cinta saja, tetapi juga dalam
berbagai genre yang mempunyai kemiripan.
Hal ini bukan berarti bahwa karya yang lahir kemudian adalah merupakan
hasil
penjiplakan dari karya sebelumnya.
Kajian intertekstual, menurut Nurgiyantoro (2005: 35)
merupakan kajian yang berusaha mengkaji
adanya hubungan antar sejumlah teks. Kajian interteks melibatkan unsur struktur
dan pemaknaan teks-teks yang dikaji, kiranya dapat dipandang sebagai kajian
struktural semiotik. Selain itu, penulisan penelitian interteks termasuk paham
dekonstruksi yang juga dengan teori poststrukturalisme, Namun demikian, kajian
dekonstruksi dapat dikaitkan dengan kajian intertekstual karena dapat
melibatkan beberapa teks.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik
untuk menganalisis novel Ayat-
Ayat Cinta dan Kasidah-Kasidah Cinta dengan pendekatan intertekstual
dan nilai pendidikan yang ada di dalam kedua novel tersebut. Alasan menggunakan pendekatan intertekstual, karena setelah
membaca novel tersebut peneliti menemukan indikasi bahwa novel Kasidah- Kasidah Cinta adalah novel
transformasi dari novel Ayat-Ayat Cinta.
Selain itu, peneliti juga mengkaji nilai pendidikan yang ada padakedua novel
tersebut karena peneliti menganggap bahwa novel tersebutbanyak mengandung nilai
pendidikan.
Sastra menurut Gazali (dalam Pradopo, 1997: 32) adalah
tulisan atau bahasa yang indah, yakni hasil ciptaan bahasa yang indah dan
perwujudan getaran jiwa dalam bentuk tulisan. Yang dimaksud indah adalah
sesuatu yang menimbulkan orang yang melihat dan mendengarkan dapat tergetar
jiwanya sehingga melahiran keharuan, kemesraan, kebencian, kecemasan, dendam
dan seterusnya.
Menurut Karkono (2009:169) karya sastra menggunakan kata-kata
sebagai medianya sehingga melahirkan imaji linguistik. Sependapat dengan
Karkono, Winarni (2009:2) mengatakan bahwa sastra merupakan tulisan yang
bernilai estetik, bukan berarti bahwa pandangan tersebut dapat menjabarkan
pengertian.
1.
Rumusan
Masalah
a)
Unsur intrinsik novel Ayat-ayat Cinta dan Kasidah-kasidah
cinta
b)
Persamaan dan perbedaan yang terkandung dalam novel
Ayat-ayat Cinta dan Kasidah-kasidah cinta.
c)
Nilai-nilai pendidikan yang terkndung dalam novel
Ayat-ayat Cinta dan Kasidah-kasidah cinta.
2.
Tujuan
Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui hubungan intertekstual dan nilai pendidikan
dalam novel Ayat - ayat Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy dan Kasidah - kasidah cinta karya Muhammad
Muhyidin.
3.
Kajian Teori
Menurut
Jakob Sumardjo Drs, Novel adalah bentuk karya sastra yang paling populer
didunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar,
lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat. Jadi dapat dijabarkan
bahwa Novel adalah karangan prosa yang lebih panjang dari cerita pendek
dan menceritakan kehidupan seseorang dengan lebih mendalam dengan
menggunakan bahasa sehari-hari serta banyak membahas aspek kehidupan manusia.
Novel juga diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek
daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita pendek, yang isinya
hanya mengungkapkan suatu kejadian yang penting, menarik dari kehidupan
seseorang (dari suatu episode kehidupan seseorang) secara singkat dan yang
pokok-pokok saja.
Ciri-Ciri Novel :
1.
Jumlah katanya lebih dari 35.000 kata.
2.
Terdiri dari setidaknya 100 halaman.
3.
Waktu untuk membaca novel setidaknya 2 jam atau 120
menit.
4.
Ceritanya lebih dari satu impresi, efek, dan emosi.
5.
Alur ceritanya cukup kompleks.
6.
Seleksi ceritanya luas.
7.
Ceritanya panjang, tapi banyak kalimat yang
diulang-ulang.
8.
Ditulis dengan narasi kemudian didukung dengan
deskripsi untuk menggambarkan suasanya yang ada didalamnya.
Jenis-jenis Novel :
1. Jenis-jenis
novel yang berdasarkan kejadian nyata dan tidak nyata
-
Novel fiksi adalah novel yang tidak nyata atau tidak
ada kejadian didunia. Novel ini hanya fiktif (karangan) dari pengarang.
Contohnya Harry Potter
-
Novel non-fiksi adalah novel dari kejadian yang pernah
ada atau ilmiah. Contohnya Laskar Pelangi.
2. Jenis-jenis
novel berdasarkan genre cerita
-
Novel romantis. Cerita yang digambarkan dalam novel
ini berupa kasih sayang dan cinta. Contohnya Novel Ayat-ayat Cinta.
-
Novel horor/menyeramkan. Novel ini berisi tentang
cerita yang menakutkan. Contohnya The Conjuring.
-
Novel misteri. Novel ini berisi tentang misteri.
Contonya Novel Agatha Christie.
-
Novel komedi. Novel ini berisi tentang cerita komedi
yang membuat orang ketawa. Contohnya Kambing Jantan.
-
Novel Inspiratif. Berisi tentang cerita kisaj
inspiratif. Contonya Negeri 5 Menara.
3. Jenis-jenis
novel berdasarkan isi dan tokoh
-
Novel teenlit. Novel ini berisi tentang cerita remaja.
Contonya novel Dealova.
-
Novel chicklit. Novel ini berisi tentang cerita
perempuan muda dan permasalahan yang dihadapainya. Contohnya Miss Jutek.
-
Novel songlit. Novel ini dibuat berdasarkan cerita
dari sebuah lagu. Contohnya pupus
-
Novel dewasa. Novel ini berisi tentang cerita orang
dewasa. Contohnya Saman dan Larung.
Unsur-Unsur Novel :
1. Unsur
Inrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur
pembangunan sastra dalam atau yang ada dalam sastra itu sendiri.
Unsur intrinsik novel meliputi :
-
Tema
Ide pokok yang menjiwai seluruh
cerita. Tema dapat berupa sosial, keluarga,remaja, percintaan religius.
-
Tokoh
Tokoh juga disebut orang yang ada
dalam novel tersebut.
-
Penokohan
-
Penokohan juga disebut karakter. Setiap tokoh
mempunyai karakter yang berbeda-beda. Ada 2 karakter yaitu protagonis dan antagonis.
-
Latar
Latar meliputi 3 tempat, yaitu latar
tempat, latar waktu, dan latar suasana.
-
Alur
Urutan peristiwa. Ada 2 alur yaitu
alur maju dan alur mundur.
-
Amanat
Pesan yang disampaikan secara
tersirat.
-
Sudut pandang
Cara memposisikan diri pengarang terhadap
hasil karyanya. Ada 2 macam sudut pandang yaitu sudut pandang orang pertama
(akuan) dan sudut pandang ketiga (diaan).
2. Unsur
ekstrinsik
Unsur-unsur ekstrinsik novel adalah
unsur dari luar novel tersebut. Unsur ekstrinsik novel meliputi :
-
Sejarah biografi pengarang biasanya sejarah/biografi
pengarang berpengaruh pada jalan cerita di novel.
-
Situasi dan kondisi secara langsung maupun tidak
langsung, situasi dan kondisi akan berpengaruh kepada hasil karyanya.
-
Nilai-nilai dalam cerita dalam sebuah karya sastra
terkandung nilai-nilai yang disisipkan oleh pengarang. Nilai-nilai itu antara
lain : nilai moral, nilai sosial, nilai budaya dan nilai estetika.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
menggunakan analisis isi. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui membaca
novel Ayat-Ayat Cinta karya El
Shirazy dan Kasidah-Kasidah Cinta karya
Muhyidin dan wawancara dengan berbagai narasumber, yaitu pengarang, guru Bahasa
dan Sastra Indonesia, dan pembaca. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah analisis dokumen dan
wawancara.Validitas data dalam penelitian ini dilakukan melalui triangulasi
data untuk mengumpulkan data yang sama. Artinya,data yang sama atau sejenis
akan lebih terbukti kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang
berbeda. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis mengalir, yang terdiri atastiga komponen yang terjalin dengan baik,
yaitu sebelum, selama, dan sesudah pelaksa naan pengumpulan data secara paralel
menurut Miles dan Huberman (dalam Soetopo, 2002:120). Komponen dalam model
analisis mengalir yaitu: 1) reduksi data; 2) penyajian data; dan 3) penarikan simpulan.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Unsur Intrinsik Pada novel Ayat-Ayat Cinta, tema yang diangkat adalah cinta dan Perjuangan; alur
yang digunakan adalah alur progresif atau alur maju; Novel Ayat-Ayat Cinta menampilkan beberapa tokoh, di antaranya: Fahri,
Aisha, Maria,Nurul, Noura, SyaikhAhmad Taqiyyuddin, Syaikh Utsman Abdul Fattah,
Bahadur Gounzouri, Tuan Boturos Rafael Girgis, Madam Nahed, Yousef, Rudi, Hamdi,
Syaiful, Mishbah, Eqbal Hakan Erbakan, Sarah, Prof. Dr. Abdul Rauf Ridha
Sahata, Hosam, Maghdi, Elena Hashim, Polisi, Tuan Adel, Madame Yasmin, Suzana,
dan Mona. Penokohan tersebut digambarkan berdasarkan sifat tokoh dalam novel
tersebut digambarkan secara fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Latar waktu
dalam novel ini antara tahun 2002 sampai dengan tahun 2003, latar tempat yang
digunakan pengarang adalah Mesir dan menggunakan latar sosial budaya Timur.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama
atau teknik akuan. Amanat yang ingin disampaikan pengarang melalui novel ini,
antara lain: kita harus berpegang teguh terhadap ajaran agama, seorang
laki-laki harus menghormati, menjaga dan menghargai perempuan, sebagai mahluk
sosial kita harus saling bertoleransi dan menjaga silaturahmi sertakerukunan, serta selama kita
berjuang dalam kejujuran dan kebenaran, maka yakinlah bahwa sebesar apapun sebuah
fitnah tidak akan dapat mengalahkannya.
Novel Kasidah-Kasidah
Cinta juga bertema cinta dan perjuangan; alur yang digunakan adalah alur
progresifatau alur maju. Novel Kasidah-Kasidah
Cinta menampilkan beberapa tokoh, di antaranya: Nugroho,Sriwiji, Parno, Ki Patmo,
Nyi Sumirah, Ki Singo, Nyi Prapti, Syeikh Makarim, Ki Maruto, Kayat, Evi,
Wulan, dan Retno. Penokohan digambarkan berdasarkan sifat tokoh dalam novel
tersebut digambarkan secara fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Latar waktu
dalam novel ini adalah pada zaman dahulu; latar tempat yang digunakan pengarang
adalah Pegunungan Kendeng, Boyolali; dan menggunakan latar sosial
budaya Jawa. Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut
pandang persona ketigapengarang melalui novel ini, yaitu kita harus berpegang
teguh terhadap ajaran agama, seorang laki-laki harus menghormati, menjaga dan
menghargai perempuan, sebagai mahluk sosial kita harus saling bertoleransi dan
menjaga silaturahmi dankerukunan, serta selama kita berjuang dalam kejujuran
dan kebenaran, maka yakinlah bahwa sebesar apapun sebuah fitnah tidak akan
dapat mengalahkannya.
Sebuah karya sastra, baik puisi maupun prosa,
mempunyai hubungan sejarah antara karya sezaman, yang mendahuluinya atau yang
kemudian. Hubungan sejarah ini baik berupa persamaan maupun pertentangan.
Dengan demikian, sebaiknya membicarakan karya sastra itu dalam hubungannya
dengan karya sezaman, sebelum, atau sesudahnya (Pradopo, 2003: 167). Berdasarkan
pendapat di atas, untuk mencari hubungan intertekstual antara dua buah novel
atau lebih harus mencari persamaan dan perbedaan terlebih dahulu. Persamaan
struktur novel Ayat-Ayat Cinta dan Kasidah-Kasidah Cinta terletak pada tema, alur, amanat. Tema utama
kedua novel adalah cinta.Novel Ayat-Ayat
Cinta menggambarkan kisah cinta para tokohnya, terutama tokoh utama. Begitu
pula dalam novel Kasidah-Kasidah Cinta,
yang juga menggambarkan kisah cinta tokoh utamanya. Sementara itu, mengenai
subtema yang diangkat pun sama pula, yaitu perjuangan. Tema perjuangan yang
diangkat dalam kedua novel ini adalah perjuangan untuk mendapatkan keadilan. Dilihat
dari penyusunan cerita, kedua novel tersebut menggunakan alur progresif atau
alur maju. Alur kedua novel tersebut dianalisis dalam tujuh bagian, yaitu
exposition, inciting moment, ricingaction, complication, climax, falling
action, dandenouement.
Amanat yang diperoleh dari kedua novel ini mempunyai
persamaan, yaitu kita harus berpegang teguh terhadap ajaran agama. Amanat lain
yang disampaikan bahwa seorang laki-laki harus menghormati, menjaga,dan
menghargai perempuan. Amanat berikutnya sebagai mahluk sosial kita harus saling
bertoleransi dan menjaga silaturahmi serta kerukunan. Amanat selanjutnya yang merupakan
amanat dari tema perjuangan dalam melawan ketidakadilan adalah selama kita
berjuang dalam kejujuran dan kebenaran, maka yakinlah bahwa sebesar apapun
sebuah fitnah tidak akan dapat mengalahkannya.Perbedaan yang paling menonjol
antara kedua novel tersebut terletak pada penokohan, sudut pandang, latar
tempat, latar sosial, dan latar waktu. Tokoh utama dalam novel Ayat-Ayat Cinta adalah Fahri, Aisha, dan
Maria.
Sementara itu,tokoh utama dalam novel Kasidah-Kasidah Cinta adalah Nugroho dan Sriwiji. Tokoh utama yang
menjadi perbandingan adalah Fahri dengan Nugroho. Secara psikologis, watak
mereka bertolak belakang. Fahri merupakan seorang laki-laki yang berbudi baik
dan taat beragama, sedangkan Nugroho merupakan laki-laki yang berbudi buruk dan
jauh dari kegiatan keagamaan. Sudut pandang dalam keduan novel ini juga
mempunyai perbedaan, dalam novel Ayat-Ayat
Cinta Sementara itu, dalam novel Kasidah-Kasidah
Cinta, pengarang menggunakan Novel Ayat-Ayat
Cinta yang berlatar di Mesir, menghadirkan latar sosial kebudayaan Timur
tengah, sedangkan dalam novel Kasidah-Kasidah
Cinta yang berlatar di Boyolali, Jawa tengah menghadirkan budaya jawa.
Latar waktu kedua novel ini tidak disebutkan secara langsung oleh pengarangnya,
tetapi dapat dianalisis dari cerita dan kutipan-kutipan yang ada di dalamnya.
Berdasarkan kutipan-kutipan yang ada, peristiwa dalam novel Ayat-Ayat Cinta berlangsung antara tahun
2002 sampai dengan tahun 2003.
Sementara itu, novel Kasidah-Kasidah Cinta diperkirakan terjadi pada zaman dahulu ketika
masih terdapat peperangan antarkelompok dan belum terdapat alat komunikasi
elektronik. Dari persamaan dan perbedaan kedua novel tersebut, maka dapat
diketahui bahwa novel Ayat-Ayat Cinta memberikan
pengaruh terhadap terciptanya novel Kasidah-Kasidah
Cinta.Dengan demikian, novel Ayat-Ayat
Cinta karya ElShirazy merupakan hipogram dari novel Kasidah-Kasidah Cinta karya Muhyidin.
Dengan kata lain, novel Kasidah-Kasidah Cinta
merupakan teks transformasi dari novel Ayat-Ayat
Cinta. kekurangan dari Novel Ayat
Cinta antara lain, penulis berhasil menggambarkan latar sosial budaya Timur
dengan sangat hidup tanpa harus
menggunakan bahasa Arab; bahasa yang digunakan
mengalir; karakterisasi tokoh-tokohnya kuat; gambaran latarnya begitu
hidup; meskipun bertemakan cinta dan terdapat adegan asmara di dalamnya, tetapi
semua Banyak hikmah yang dapat dipetik
dari novel ini, terutama mengenai interaksi dengan sesama manusia, baik muslim maupun nonmuslim, muhrim
dan bukan muhrim; merupakan media
penyaluran dakwah tentang Islam dan memberikan contoh pada kita tentang sebuah pernikahan yang baik dan
sesuai syariat Islam. Kekurangan dari novel Ayat-Ayat
Cinta antara lain Noura yang frustasi karena tidak mendapatkan cinta Fahri,
kemudian memfitnah Fahri dengan tuduhan yang kejam. Hal tersebut sangat fatal
bila sampai terjadi, dan tokoh utama bisa
mati karena tuduhan tersebut; Fahri menikahi Maria yang masih beragama
Kristen Koptik; terdapat perlakuan polisi yang tidak senonoh terhadap
tahanannya.
Kelebihan dari novel Kasidah-Kasidah Cinta antara lain, novel ini merupakan novel
spiritualitas dan penulis berhasil membangun kekuatan alur dan konflik yang
mencekam sehingga dapat menghanyutkan perasaan dan hati pembaca; karakter,konflik,
dan alurnya benar-benar terjaga, dan penuh kejutan; terdapat banyak hikmah yang
dapat dijadikan pelajaran dan inspirasi; penggambaran latar yang begitu hidup,
seakan pembaca berada pada
Setting yang digunakan; banyak hikmah yang dapat dipetik dari novel ini,
terutama mengenai
interaksi dengan sesama manusia, muhrim dan bukan muhrim. Kekurangan dari novel
Kasidah-kasidah
Cinta antara lain
pengarang menggunakan Jawa Tengah sebagai
latar cerita, tetapi unsur budaya Jawa tidak terlalu ditonjolkan dalam novel
ini; permasalahan memuncak ketika Nugroho dan Sriwiji ditemukan sedang berdua
di Puncak Kendeng, tetapi peperangan terjadi lebih dikarenakan dendam dan tidak
mengungkit kesalahan Nugroho dan Sriwiji sehingga tidak ada keterkaitan antara
peningkatan konflik dengan klimaks; Nugroho dan Sriwiji yang ditemukan sedang
berdua di Puncak Kendeng memang tidak sedang berkhalwat, tetapi mereka saling
mencintai. Hal itulah yang dapat menjadi godaan untuk berkhalwat bagi mereka
berdua; dan yang terakhir, merupakan tetua di dukuh mereka masing-masing, tetapi
pada akhir cerita seakan mereka tidak berkuasa dan tidak dapat mengendalikan
warganya.
Nilai Pendidikan Nilai pendidikan yang terdapat dalam
novel Ayat-Ayat Cinta dan Kasidah-Kasidah
Cinta meliputi nilai pendidikan religi, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan
sosial budaya, dan nilai pendidikan estetik. Nilai pendidikan religi yang terdapat dalam kedua novel ini, antara lain
adalah laki-laki dan perempuan dilarang
berdua tanpa adanya muhrim, seorang hamba harus bertawakal kepada Tuhan. Nilai pendidikan moral dari kedua
novel ini, antara lain adalah janganlah suka menghasut orang lain dan
menghormati, serta menghargai perempuan. Nilai pendidikan sosial budaya dari
kedua novel ini, antara lain adalah sikap saling menghormati antarmanusia
dijunjung tinggi, dan keharusan menjaga kerukunan. Nilai pendidikan estetik dari kedua novel ini
adalah terdapatnya keindahan fisik
merupakan keindahan yang dapat dirasakan oleh pancaindra, misalnya
kecantikan yang ditunjukkan pengarang
dengan mengungkapkan kecantikan tokoh- tokoh
dalam novel ini, keindahan pemandangan alam yang diungkapkan
pengarang dengan sangat indah. Sedangkan
keindahan nonfisik merupakan keindahan yang bersifat abstrak, misalnya percintaan
atau romantisme. Nilai-nilai estetis yang terdapat dalam kedua novel meliputi
keindahan bahasa, percintaan, dan sajak.
D. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh
kesimpulan bahwa terdapat keterjalinan antarunsur intrinsik dalam novel Ayat-Ayat Cinta dan Kasidah-Kasidah Cinta, yang berupa persamaan yang meliputi tema,
alur, dan amanat serta perbedaan yang meliputi penokohan, sudut pandang, latar
tempat, latar sosial, dan latar waktu. Novel Ayat-Ayat Cinta karya El Shirazy merupakan hipogram dari novel
Kasidah-Kasidah Cintakarya Muhyidin. Dengan kata lain, novel Kasidah-Kasidah Cinta merupakan teks
transformasi dari novel Ayat-Ayat Cinta.
Kelebihan dari novel Ayat-Ayat Cinta antara lain, novel ini bertemakan jauh dari vulgar,
sedangkan kekurangan dari novel Ayat-Ayat
Cinta antara lain Noura memfitnah Fahri dengan tuduhan pemerkosaan sangat
yang dapat membuat tokoh utama dihukum mati. Kelebihan dari novel Kasidah-Kasidah Cinta antara lain, novel
ini penulis berhasil membangun alur dan konflik yang mencekam, sedangkan
kekurangan dari novel Kasidah-Kasidah
Cinta antara lain peperangan terjadi dikarenakan dendam dan tidak
mengungkit kesalahan Nugroho dan Sriwiji. Dengan demikian, novel Ayat-Ayat Cinta karya El Shirazy
merupakan hipogram
dari novel Kasidah-Kasidah Cinta karya
Muhyidin.
Nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Ayat-ayat Cinta dan Kasidah-kasidah Cinta
meliputi nilai pendidikan religi, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan
sosial budaya, dan nilai pendidikan estetik. Inti dari nilai pendidikan religi
yang terdapat dalam kedua novel ini adalah laki-laki dan perempuan dilarang
berdua tanpa adanya muhrim. Inti dari nilai pendidikan moral dari kedua novel
ini adalah janganlah suka menghasut orang lain. Inti dari nilai pendidikan sosial
budaya dari kedua novel ini adalah keharusan menjaga kerukunan. Nilai-nilai
estetis yang terdapat dalam kedua novel meliputi keindahan bahasa, percintaan,
dan sajak.
Hendaknya hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
masukan yang bermanfaat bagi siswa, guru, dan peneliti lain. Bagi siswa,
penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedomandalam menganalisisunsur
intrinsik sebuah karya sastra, siswa dapat meneladani berbagai sikap positif
dan watak tokoh pada kedua novel yang dapat menginspirasi dalam kehidupan, dan
siswa juga dapat mengambil nilai pendidikan yang terkandung di dalam kedua
novel, baik nilai pendidikan religi, moral, sosial budaya, dan estetika. Bagi
guru, novel
Ayat-ayat
Cinta dan Kasidah-kasidah Cinta dapat digunakan
sebagai alternatif media pengajaran
sastra di SMA, guru dapat menugasi siswa untuk mengapresiasi unsur-unsur
intrinsik dan nilai pendidikan yang terdapat dalam kedua novel sehingga secara
tidak langsung dapat melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, khususnya
membaca.untuk mengambil nilai-nilai positif yang patut diteladani. Bagi peneliti lain, penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi penelitian berikutnya yang
menggunakan pendekatan intertekstual dalam menelaah karya sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Karkono.
(2009). Perbedaan Makna Novel dan Film Ayat-Ayat Cinta: KajianEkranasi.
Atavisme, 12 (2), 167-180.
Nurgiyantoro,
B. (2005). Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada Press.
Pradopo,
R.J. (1997). Prinsip-prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
_____.
(2003). Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sangidu.
(2004). Penelitian Sastra : Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat.
Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat Universitas Gajah Mada.
Sutopo.
(2006). Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam
Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Teeuw, A. (1984).
Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Waluyo, H.J.
(2011). Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi.Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
Winarni, R.
(2009). Kajian Sastra. Salatiga: Widya Sari Press.
No comments:
Post a Comment