Search This Blog

Sunday, January 21, 2018

Makalah Sintaksis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam pembicaraan tentang sintaksis, bidang yang menjadi lahannya adalah unit bahasa berupa wacana, kalimat, klausa, frase, dan kata.
Manusia dalam bertutur sapa, berkisah, atau segala sesuatu yang dapat dikatakan sebagai berbahasa, selalu memunculkan kalimat-kalimat yang diirangkai, dijalin sedemikian rupa, sehingga berfungsi optimal bagi si penutur dalam upaya mengembangkan akal budinya dan memelihara kerjasamanya dengan orang lain.
            Banyak sekali kalimat yang tidak produksi dalam setiap harinya. Namun, tidak semua orang mengerti dan memahami seluk beluk kalimat. Akibatnya, timbul pertanyaan apakah kalimat-kalimat yang kita hasilkan sudah memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar (gramatikal)? Untuk itu, kita lebih-lebih mahasiswa jurusan Bahasa dituntut memiliki wawasan tentang kalimat agar dapat menghasilkan kalimat yang benar atau gramatikal, baik dalam komunikasi tulisan maupun lisan.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.      Apa pengertian kalimat?
2.      Bagaimana strategi pengenalan kalimat?
3.      Apa saja fungsi unsur-unsur kalimat?
4.      Bagaimana peran unsur-unsur kalimat?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu :
1.   Untuk mengetahui pengertian kalimat
2.   untuk mengetahui strategi pengenalan kalimat
3.   untuk mengetahui fungsi unsur-unsur kalimat
4.   untuk  mengetahui peran unsur-unsur kalimat


BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian kalimat
Kalimat adalah satuan Bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri atas Klausa (cook melalui tarigan, 1987:5).
Kalimat adalah satuan Bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai                                 pola intonasi final,dan baik secara actual maupun potensial terdiri atas klausa (kridalaksana 1983:71). Kalimat adalah satuan dramatik yang dibatasi oleh jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (ramlan 1987:27).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah konstruksi sintaksis yang berupa klausa, dapat berdiri sendiri atau bebas, dan memounyai pola intonasi final.
            Alwi dkk. (2003:311) dalam tata Bahasa baku bahasa Indonesia menyampaikan informasi yang dapat memperjelas pengertian kalimat di atas. Dikatakannya bahwa kalimat adalah satuan Bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan atau asimilasi bunyi ataupun proses fonologis yang lain.
            Akhirnya diperoleh gambaran pula bahwa dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan disertai unsur-unsur suprasegmental, seperti titi nada, tekanan, tempo, jeda, dan intonasi akhir ujaran. Selain itu, kalimat selalu diawali oleh kesenyapan dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti pula oleh kesenyapan. Kesenyapan awal dan kesenyapan akhir dalam mengucapkan kalimat dapat mencegah terjadinya asimilasi bunyi atau proses fonologis yang lain.
            Dari uraian di atas diperoleh gambaran bahwa kalimat mengandung dua unsur penting, yaitu unsur segmental dan unsur suprasegmental/prosodi. Unsur segmental adalah unsur yang berupa satuan-satuan Bahasa yang biasanya berupa kata, frasa,kalausa. Unsur suprasegmental yaitu berupa tekanan, titi nada, tempo, jeda, dan intonasi final. Unsur suprasegmental yang menyertai unsur segmental dalam ujaran dinamakan lagu kalimat/intonasi.   
2.      Strategi Pengenalan Kalimat
Dari segi struktur lahirnya, setiap kalimat sekurang-kurangnya memiliki predikat. Dengan kata lain, jika suatu pernyataan memiliki predikat, pernyataan itu merupakan kalimat, sedangkan rangkaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa.
Sehubyungan dengan cara untuk mengetahui apakah sebuah pernyataan merupakan kalimat atau bukan, Sugono (1997:26) mengemukakan adanya dua persyaratan pokok yang perlu diperhatikan, yaitu (1) unsur predikat, dan (2) permutasi unsur kalimat. Kedua persyaratan pokok itu bisa digunakan sebagai alat pengetes, apakah sebuah pernyataan merupakan kalimat atau bukan. Dengan kata lain, kedua persyaratan pokok itu dapat digunakan sebagai strategi pengenalan klaimat.
a.       Menentukan Unsur Predikat
Unsur predikat suatu kalimat biasanya diduduki oleh kata atau frasa kerja. Oleh karena itu, perlu diperiksa ada tidaknya kata/frasa kerja dalam rangkaiana kata yang sedang diselidiki. Misalnya, dalam contoh kalimat berikut:
Orang itu jatuh
Anak itu memebersihkan halaman
Pada kedua contoh itu ada verbanya, jatuh dan membersihkan. Setelah ditentukan verbanya lakukan langkah berikutnya yaitu melakukan tes fermutasi.
b.      Melakukan Tes Permutasi Unsur Kalimat
Tes permutasi unsur kalimat adalah tes pengubahan unsur kalimat. Pengubahan yang dilakukan adalah kembalikan unsur kalimat. Jika setelah diadakan permuntasi unsur kalimat tidak terjadi perubahan informasi. pernyataan yang diselidiki merupakan kalimat. Sebaliknya. Jika terjadi perubahan informasi setelah diadakan permutasi, pernytaan itu bukan merupakan kalimat.
3.      Fungsi unsur-unsur kalimat
Fungsi merujuk pada fungsi sintaksis (jabatan) satuan gramatik dalam kalimat. Fungsi dalam kalimat adalah predikat, subjek,objek,pelengkap, dan keterangan. Untuk dapat mengetahui fungsi unsur-unsur kalimat, perlu dikenal ciri umum tiap-tiap fungsi sintaksis. Oleh karena itu, di bawah ini berturut-turut akan dibicara fungsi predikat, subjek, objek, pelengkap dan keteranganaa.
a.       Fungsi predikat
Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek disebelah kiri, dan jika ada, konstituen objek, pelengkap, dan atau keterangan wajib disebelah kanan (Alwi, dkk., 2008:326). Predikat kalimat biasanya berupa verba dan adjektif. Pada kalimat berpola SP, predikat bisa pula berupa frasa nominal, frasa numeral, frasa prefosisional, di samping frasa verba dan frasa adjektifal.
Contoh :
Ayahnya pegawai bank.
Saudaranya dua orang.
Pamannya diluar negeri.
Ibunya sedang tidur.
Lukisan itu indah sekali.
b.      Fungsi subjek
Subjek subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting setelah predikat. Pada umunya subjek berupa nomina, frasa nomina, frasa verba, atau klausa, dan terletak disebelah kiri predikat. Perhatikan contoh berikut ini :
Anak-anak sedang bermain.
Orang tua itu ayahnya.
Membangun rumah besar perlu kesabaran.
Yang tidak mengerjakana PR medapat sanksi.
c.       Fungsi objek
Objek merupakan konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya langsung setelah predikat. Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Jika objek berupa nomina, frasa nomina tak bernyawa, atau pesona ketiga tunggal, nomina objek bisa diganti dengan pronominanya. Jika berupa pronomina aku, kamu, atau dia, dapat digunakan bentuk –ku-mu-nya.
Verba predikat pada kalimat yang memerlukan kehadiran objek biasanya berafiks meN-, -kan, dan –i (Alwi, dkk., 2008:328). Perhatikan contoh berikut.
a.       Ibu mengunjungi paman Adi.
b.      Ibu mengunjunginya.   

d.      Fungsi pelengkap
Orang sering mencampur adukkan pengertian objek dan pelengkap. Kedua fungsi ini, memang mempunyai kemiripan. Baik objek maupun pelengkap serig berwujud nomina, dan keduanya sering diduduki tempat yang sama, yaitu di belakang verba. Perhatikan contoh berikut:
a.       Dia mendagangkan pakaian di pasar.
b.      Dia berdagang pakaian di pasar.
Pada contoh di atas kata pakaian sama-sama berkategori nomina dan sama-sama berada di belakang verba. Akan tetapi, pada contoh a nomina itu bernama objek, sedangkan pada contoh b sebagai pelengkap/komplemen.
Alwi dkk. (2008:329) menunjukkan persamaan dan perbedaan antara objek dan pelengkap melalui table berikut.
Objek
Pelengkap
1.      Berwujud frasa nominalatau klausa.
1.      Berwujud frasa nominal, frasa verbal
2.      Berada langsung di belakang predikat
2.      Berada langsung di belakang predikat jika tidak ada objek, dan di belakang objek jika unsur itu hadir.
3.      Menjadi subjek akibat penafsiran kalimat.
3.      Tak dapat menjadi subjek akibat penafsiran kalimat.
4.      Dapat diganti dengan pronominal-nya.
4.      Tidak dapat diganti dengan-nya kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari, dan akan.
Tabel IV.1
Persamaan dan Perbedaan antara Objek dan Pelengkap

Selanjutnya, beberapa contoh pelengkap pada berbagai verba bisa dilihat melaui contoh berikut.
1.      Ia belajar Bahasa Indonesia.
Dia bertanya kapan kami akan tiba.
Lantainya beralaskan karpet.
Nia benci pada kebohongan.
2.      Ia pandai menyanyi.
Dia sukar sekali dinasehati.
Ayah senang bermain tenis.
3.      Dia mencarikan saya pekerjaan.
Bibi membelikan anaknya boneka.
Ibu menjahitkan adik baju tidur.
e.       Fungsi Keterangan
Fungsi keterangan banyak macamnya, antara lain keterangan tempat, waktu, alat, tujuan, cara, penyerta, perbandingan/kemiripan, sebab, dan kesalingan. Letaknya pin bervariasi dan cenderungan lebih bebas daripada fungsi yang lain; bisa di awal kalimat, di tengah, atau di akhir kalimat. Pada umumnya kehadiran fungsi keterangan dalam kalimat bersifat manasuka. Konstituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, atau frasa adverbial. Perhatikan contoh berikut (99).
a.       Dia membeli tas di pasar swalayan
b.      Dia membeli tas tadi malam.
c.       Dia membeli tas dengan temannya.
Contoh (a) mengandung keterangan tempat, (b) mengnadung keterangan waktu dan (c) mengandung keterangan penyerta. Fungsi keterangan dalam tiga kalimat di atas sifatnya menasuka.
Keterangan bisa pula diisi fungsi klausa sebagaimana contoh di bawah ini (100).
a.       Dia membeli tas setelah dia memperoleh gaji.
b.      Dia membeli tas sebelum tasnya yang lama rusak.
Makna keterangan ditentukan oleh perpaduan makna unsur-unsurnya. Misalnya, keterangan di pasar swalayan (99a) mengandung makna tempat, tadi malam (99b) mengandung makna keterangan waktu, dan dengan temannya (99c) mengandung keterangan penyerta.
Berdasarkan maknanya, terdapat macam-macam keterangan. Berikut disajikan beberapa jenis keterangan itu.
Jenis Keterangan
Preposisi/
Penghubung
Contoh
1.      Tempat
Di
 Di kota, di desa, diteras
Ke
Ke rumah, ke sekolah, ke solo
Dari
Dari kantor, dari ladang
Di (dalam)
Di rumah, di (dalam) mobil
pada
Pada permukaan, pada saya
2.      Waktu
-
Sekarang, tadi, besok, lusa,
Pada
Pada hari ini, pada pukul 07.00
Dalam
Dalam minggu ini, dalam dua hari ini,
Se-
Setiba di kantor, sepulang dari sekolah
Sebelum
Sebelum makan, sebelum pergi
Sesudah
Sesudah pukul 12.00, sesudah ujian
Selama
Selama dua minggu, selama bekerja
Sepanjang
Sepanjang tahun, sepanjang hari
3.      Alat
dengan
Dengan gunting, dengan mobil
4.      Tujuan
Agar/
Supaya
Agar/supaya kamu pintar
Untuk
Untuk kemanusiaan
Bagi
Bagi Indonesia
Demi
Demi keluarganya
5.      cara
Dengan
Dengan tergesa-gesa
Secara
Secara diam-diam
Dengan cara
Dengan cara damai
Dengan jalan
Dengan jalan bekerja sama
6.      penyerta
Dengan
Dengan adiknya
Bersama
Bersama teman-temannya
beserta
Beserta saudaranya
7.      Perbandingan/kemiripan
Seperti
Seperti angin
Bagaikan
Bagaikan bulan purnama
Laksana
Laksana bintang film
8. sebab
Karena
Karena kelalaiannya
Sebab
Sebab tergesa-gesa
9. kesalingan
-
Saling (mengagumi), satu sama lain

4.             Peran unsur-unsur kalimat

Peranan semantik di dalam sintaksis berarti makna. Fungsi-fungsi sintaksis diisi oleh kategori-kategori dan peran-peran perhatikan contoh.
Hany memberi hadiah kepada temannya.
S           P              O                Pel
Contoh di atas mengandung subjek yang menyatakan pelaku, predikat yang menyatakan perbuatan, objek yang menyatakan peserta sasaran perbuatan, dan pelengkap yang menyatakan peserta peruntung yang memperoleh manfaat dalam peristiwa tersebut. Selanjutnya, di bawah ini akan disajikan peran semantik : pelaku, sasaran, pengalam, peruntung, dan atribut.
1.      Pelaku
Pelaku adalah peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat. Peserta umumnya manusia atau binatang. Akan tetapi, benda yang potensial juga dapat berfungsi sebagai pelaku.
      Peran pelaku merupakan peran semantis utama subjek kalimat aktif dan pelengkap kalimat pasif.
Perhatikan contoh berikut.

1a. Pak Udin sedang membaca surat.
1b. Ayam itu berkotek sejak tadi.
1c. Mobil itu mengangkut sayur-mayur.
2a. Koran itu diambil oleh Rina.
2b. Sepeda saya dipakai oleh teman saya.
Fungsi unsur kalimat pada contoh-contoh di atas berperan sebagai pelaku.
2.      Sasaran
Sasaran adalah peserta yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat. Peran sasaran merupakan peran utama objek atau pelengkap contohnya sebagai berikut.
a.       Ela menyampaikan surat kepada saudaranya.
b.      Adik mengambilkan ayah air putih.
c.       Dina belajar Bahasa Indonesia.
d.      Ia menyaksikan siaran pertandingan sepak bola.
3.      Pengalam
Pengalam adalah peserta yang mengalami keadaan atau peristiwa yang menyatakan predikat. Peran pengalam merupakan peran unsur subjek yang predikatnya adjektif atau verba taktransitif yang lebih menyatakan keadaan. Contohnya sebagai berikut.
a.       Kaki saya terinjak olehnya.
b.      Ika kehujanan di jalan.
c.       Saya sehat-walafiat.
d.      Ia menyaksiakan siaran pertandingan sepak bola.
4.      Peruntung
Peruntung adalah peserta yang beruntung dan yang memperoleh manfaat dari keadaan, pristiwa, atau perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. Partisipan peruntung biasanya berfungsi sebagai objek atau pelengkap, atau sebagai subjek verba jenis menerima atau mempunyai. Contohnya sebagai berikut.
a.       Ayah membelikan adik raket.
b.      Adi memberi oleh-oleh pada saya.
c.       Ia mempunyai sepeda motor baru.
d.      Saya menerima bingkisan hari raya.
5.       Atribut
Dalam kalimat yang predikatnya nomina, predikat tersebut mempunyai peran semantis atribut. Contohnya sebagai berikut.
a.       Laki-laki itu saudara saya.
b.      Wanita tua itu nenek saya.
c.       Anak itu adik saya.
6.      Peran semantic keterangan
Selain peran-peran di atas, masih ada peran semantic lain yang terdapat pada fungsi keterangan, seperti keterangan waktu, keterangan tempat, keterangan alat, dan keterangan sumber. Peran semantic itu pula dasarnya sesuai dengan sifat kodrati dari nomina yang ada pada keterangan tersebut. Perhatikan contoh-contoh berikut.
1.      Peran semantic waktu:
a.       Saya mengharapkan anda datang pukul delapan pagi.
b.      Mereka menempati rumah ini tahun 2009.
2.      Peran semantic tempat:
a.       Bibinya bekerja di Surabaya.
b.      Kami akan pergi ke puncak.
3.      Peran semantic alat:
a.       Ia tidak bisa membaca tanpa kaca mata.
b.      Ibu membuka kaleng dengan pisau dapur.
4.      Peran semantic sumber:
a.       Balai ini terbuat dari bambu.
b.      Tanaman ini diperoleh dari hutan.
Setiap fungsi dalam kalimat memiliki berbagai kemungkinan peran. Misalnya, fungsi S (subjek) mempunyai kemungkinan peran sebagai: pelaku, penderita, hasil, penerima, pengalam, alat, sebab, dikenal, terjumlah.
Contoh :                                    
1.      Anak-anak sedang belajar. (S=’pelaku’).
2.      Pagar itu sedang diperbaiki (S=;penderita’).
3.      Rumah itu telah dibangun dengan baik (S=’hasil’).
4.      Badannya sangat lemah (S=;pengalam’).
5.      Tuk-truk besar mengangkut pasir dari sungai Sungai Krasak. (S=’alat’).
6.      Gempa bumi menghancurkan hamper seluruh wilayah Padang. (S=’sebab’).
7.      Saudara kandungnya enam. (S=’terjumlah’).
8.      Anaknya pegawai perusahaan besar di Jakarta. (S=’dikenal’).
9.      Ladangnya hanya ditanami jagung. (S=’tempat’).
Fungsi P (predikat) mempunyai kemungkinan peran sebagai : perbuatan / tindakan, proses, keadaan, penerimaan / pemerolehan, pengenal, keberadaan, jumlah, waktu, tempat.
Contoh :
1.      Yani berkirim surat pada kekasihnya (P=’perbuatan’).
2.      Daun pisang itu menguning. (P=’proses’).
3.      Pekerjaannya sangat rapi. (P=’keadaan’).
4.      Keluarga itu mendapatkan hadiah mobil. (P=’penerimaan’).
5.      Gedung baru itu pusat kegiataan mahasiswa. (P=’pengenal’).
6.      Calon pendampingnya berdomisili di Surabaya. (P=’keberadaan’).
7.      Murid di kelasnya empat puluh anak. (P=’jumlah’).
8.      Berangkatnya tadi siang. (P=’waktu’).
9.      Pengambilan ijazah di aula (P=’tempat’).
Fungsi objek mempunyai kemungkinan peran sebagai : penderita, penerima, alat, tempat, hasil. Contoh :
1.      Dini meletakkan bunga di meja tamu. (O=’penderita’).
2.      Ibu membuatkan ayah secangkir kopi. (O=’penerima’).
3.      Mahasiswa akan mengunjungi objek-objek wisata di Bali. (O=’tempat’).
4.      Pendaki gunung itu menancapkan tongkatnya di puncak bukit. (O=’alat’).
5.      Kampus telah membangun asrama mahasiswa. (O=’hasil’).
Fungsi pelengkap (Pel) memp kemungkinan peran sebagai : penderita, alat, pengenal. Contoh :
1.      Anak-anak belajar Bahasa Inggris sejak TK. (Pel=’penderita’).
2.      Pak Indra berkirim uang bulanan kepada anaknya. (Pel=’penderita’).
3.      Dalam usahanya itu Deni bermodalkan uang lima ratus ribu rupiah. (Pel=’alat’).
4.      Dalam melaksanakan tugas polisi bersenjatakan tongkat rotan. (Pel=’alat’).
5.      Anaknya menjadi dokter puskesmas sejak tahun lalu. (Pel=’pengenal’).
6.      Kegiatan sisial itu merupakan keinginan waktu kita. (Pel=’pengenal’).
Fungsi K (Keterangan) memp kemungkinan peran sebagai : tempat, waktu, penerima, cara, penyerta, pelaku, alat, sebab, frekuensi, perbandingan, perkecualian.
Contoh :
1.      Ia akan belajar ke luar negeri. (K=’tempat’).
2.      Tamunya akan datang besok pagi. (K=’waktu’).
3.      Ia berkirim SMS kepada kekasihnya. (K=’penerima’0.
4.      Tugas harus dikerjakan secara mandiri. (K=’cara’).
5.      Ia pergi dengan kedua adiknya. (K=’penyerta’).
6.      Suara bisik-bisik itu terdengar juga oleh temannya. (K=’pelaku’).
7.      Ia memotong kayu dengan gergaji. (K=’alat’).
8.      Ia berkali-kali datang ke sini. (K=’frekuensi’).
9.      Rumahnya megah bagaikan istana. (K=’perbandingan’).
10.  Semua akhirnya berkumpul, kecuali si bungsu. (K=’perkecualian’).
Kemungkinan makna semantik untuk setiap fungsi di atas dapat ditabulasikan sebagai berikut :
Subjek
Predikat
Objek
Pelengkap
Keterangan
pelaku
penderita
hasil
penerima
pengalam
alat
sebab
dikenal
terjumlah

Perbuatan/
tindakan
proses
keadaan
pemerolehan
pengenal
keberadaan
jumlah
waktu
tempat
Penderita
Penerima
Alat
Tempat
Hasil

penderita
alat
pengenal
tempat
waktu
penerima
cara
penyerta
pelaku
alat
sebab
frekuensi
perbandingan
perkecualian








BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Kalimat adalah satuan Bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri atas klausa Cook (melalui Tarigan, 1987:5).
Dari segi struktur lahirnya, setiap kalimat sekurang-kurangnya memiliki predikat. Dengan kata lain, jika suatu pernyataan memiliki predikat, pernyataan ini merupakan kalimat, sedangkan rangkaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Unsur predikat suatu kalimat biasanya diduduki oleh kata atau frasa kerja. Tes permutasi unsur kalimat adalah tes pengubahan unsur-unsur kalimat.
Fungsi unsur-unsur kalimat merujuk pada fungsi sintaksis (jabatan) satuan gramatik dalam kalimat. Peranan unsur-unsur kalimat di dalam sintaksis berarti makna. Fungsi-fungsi sintaksis diisi oleh kategori-kategori dan peran-peran.
B.     Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin tidak sepenuhnya sempurna, karena disetiap penulisan ada kata yang kurang tepat, kami selaku penulis mohon dukungan serta motivasi yang bisa mendukung agar makalah ini bisa lebih bermanfaat dan berguna bagi pembaca.




DAFTAR PUSTAKA

Sukini. 2010.Sintaksis Sebuah Panduan Prakti.Surakarta : Yuma Pustaka.

1 comment:

  1. As reported by Stanford Medical, It's in fact the SINGLE reason this country's women live 10 years more and weigh an average of 19 kilos less than us.

    (And realistically, it really has NOTHING to do with genetics or some hard exercise and absolutely EVERYTHING to do with "how" they are eating.)

    P.S, What I said is "HOW", not "what"...

    CLICK on this link to uncover if this brief test can help you decipher your real weight loss possibilities

    ReplyDelete